Kebiasaan mengunggah harta di alias flexing kini turut menjadi konsumsi sehari-hari di media sosial. Berhari-hari, berminggu-minggu, sampai bertahun-tahun, kita terus diberi asupan konten yang memiliki unsur flexing di media sosial.
Alhasil, banyak orang yang ingin kaya secara instan supaya bisa mengikuti jejak para influencer dan konten kreator yang sering flexing. Mereka memanfaatkan segala cara seperti pinjol sampai menjual aset, dengan tujuan bisa memiliki barang-barang mewah.
Eits, tapi flexing itu ternyata bisa jadi karena seseorang yang melakukan hal tersebut memiliki masalah kepercayaan diri yang rendah.
“Sebenarnya kalau kita lihat dari kacamata psikologis, di situ ada problem dengan self-esteem orang tersebut. Ada problem dengan rasa aman, rasa nyamannya, jadi ada insecurity yang kemudian di acari kompensasinya,” ujar pakar psikologi sosial Universitas Indonesia, Dicky C. Pelupessy, dikutip dari Suara, Sabtu (25/2/2023).
Hal ini cenderung masuk akal, apalagi banyak orang yang nggak sekali dua kali melakukan flexing, sehingga kegiatan tersebut dinilai dilakukan secara sengaja untuk menutupi kekurangan alih-alih dibenahi.
Namun, nggak semua tindakan flexing itu merupakan tanda insecure. Bisa juga karena self reward atau tindakan untuk mengapresiasi diri sendiri melalui media sosial. Lagipula, bebas-bebas aja sih tentang apa yang kita posting di media sosial. Asalkan, nggak dalam jangka waktu yang terlalu sering.
Menurut lo gimana, My Muse?
Source Photo from Instagram/@___broden