Menjelang perayaan hari besar semacam Hari Raya, banyak banget orang-orang mulai dari kalangan publik figur, tokoh politik, sampai masyarakat biasa, yang mulai saling berkirim hampers. Berbagai bentuk dan isi dikemas dalam packaging yang super gemas.
Ngebahas soal hampers, dari mana sih awal mula tradisi saling berkirim hampers ini?
Kalo dulu kita lebih kenalnya parsel alias parcels, di mana berbagai bahan makanan, sembako, sampai cemilan, dikemas dalam satu keranjang terus dibungkus plastic wrap dan dihias pita warna-warni. Nah, kalo sekarang kita lebih kenal sama “hampers”. Dari segi isi sih hampir sama kayak parsel cuma dari segi packaging, hampers lebih unik karena bisa dikreasikan sesuka kita.
Secara filosofis, tradisi kirim hampers sudah ada sejak abad ke-11, tepatnya usai Pertempuran Hastings terjadi dan dipopulerkan oleh William the Conqueror, raja Inggris kala itu. Kemudian, tradisi saling berkirim hampers makin populer di abad ke-19 sampai sekarang.
Nah, kalo di Indonesia sendiri tradisi kirim hampers mulai dilakukan ketika musim pandemi COVID-19. Akibat harus terus berada di rumah, banyak toko-toko online yang kemudian berinisiatif untuk membuat bundling atau produk eksklusif mereka yang dikemas dengan packaging apik dan memiliki nilai estetika.
Dianggap praktis dan lebih ‘pantas’, akhirnya banyak orang yang memilih untuk berkirim hampers baik pada saat Hari Raya Idul Fitri, Natal, Imlek, dan perayaan lainnya. Dari situ, pamor parsel perlahan mulai berkurang lantaran banyak orang yang beralih dengan kebiasaan dan gaya hidup yang baru, yaitu berkirim hampers.
Source Photo from Istock