Baru-baru ini, muncul sebuah penelitian yang mengungkap bahwa seseorang yang menyebut dirinya sebagai seorang “gamer sejati” cenderung memiliki sifat yang rasis dan seksis alias tindakan yang menyudutkan suatu jenis kelamin tertentu.
Diketahui, sifat rasis ini muncul akibat terlalu sering berkumpul dengan komunitas game yang ‘toxic’. Biasanya, nggak sedikit anggota-anggota komunitas game yang memilih untuk menyerang suatu ras tertentu sebagai bentuk ancaman. Namun, tindakan itu hanya dianggap sebagai candaan semata sehingga rentan untuk terpapar tindakan ‘toxic’.
Nggak hanya itu, stereotipe yang beranggapan bahwa game sejatinya hanya dimainkan oleh laki-laki menjadi pemicu tindakan seksis. Padahal, kini banyak bermunculan streamer game online yang berjenis kelamin perempuan dan dapat memainkan permainan dengan baik.
Penelitian ini dilakukan oleh Rachel Kowert selaku direktur riset lembaga nonprofit ‘Take This’. Kowert juga mengajak dua rekan penelitinya, profesor psikologi Bill Swann dan mahasiswa PhD Alexi Martel dari Universitas Texas di Austin.
Lebih lanjut, penelitian ini diterbitkan dalam jurnal akademik “Frontiers in Communication”, dengan konsep ‘identity fusion’.
Source Photo from Unsplash/Frederick Tendong