Riset menunjukkan bahwa perusahaan rintisan alias start-up Tanah Air begitu memesona di mata investor global, terutama di Asia Tenggara. Melansir dari katadata.co.id (7/4/2021), Cento Ventures mencatat dari total nilai investasi digital di Asia Tenggara yang sebesar Rp 119,8 triliun pada 2020, sekitar 70 persen di antaranya adalah investasi untuk start-up Indonesia. Dengan kata lain, Indonesia mendominasi 2/3 dari total investasi.
Menurut Sekretaris Jenderal Amvesindo, Eddi Danusaputro, ada beberapa daya pikat yang dimiliki start-up nasional hingga bisa jadi primadona di kalangan investor global. Pertama, jumlah penduduk Indonesia yang banyak dan memiliki aktivitas pengeluaran besar.
“Jadi dari sisi start-ups ini bagus karena bisa menaikkan transaksi. Metrik-metrik seperti ini, top line dan bottom line, menarik untuk investor. Bahwa start-up Indonesia masih bisa growing dari sisi top line dan mudah-mudahan dari sisi bottom line bisa segera menyusul,” ujarnya, seperti dikutip dari cnbcindonesia.com (5/10/2021).
Keunggulan Indonesia lainnya adalah semakin banyak start-up yang keluar dan merealisasikan keuntungan (exit)melalui penawaran saham perdana (IPO). Kenyataan ini mampu menambah ketertarikan investor untuk berinvestasi di Indonesia karena yakin nantinya mereka juga bisa exit melalui IPO.
“Karena investor kan enggak mau hanya investasi lalu uangnya mengendap di situ belasan tahun, enggak pernah exit. Bukan itu tujuannya,” ucap Eddi.
Jadi, imbuhnya, dinamika-dinamika yang terjadi di dunia start-up Indonesia mampu membuat perusahaan rintisan nasional terus diminati investor global. Semoga tren positif ini dapat terus bertahan ya.
