Salah satu sektor yang sangat terdampak atas pandemi Covid-19 ini ialah sektor properti. Bisa dikatakan banyaknya rumah tapak di kawasan elite seperti Menteng, Pondok Indah, Kemang hingga Kelapa Gading dijual, begitu juga dengan apartemen.
Bahkan, jumlah apartemen yang dijual lebih besar daripada rumah tapak. Hal tersebut diungkapkan Ketua DPD Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) DKI Jakarta Clement Francis kepada CNBC Indonesia.
“Yang banyak apartemen, banyak apartemen dijual karena tingkatan hunian sewa turun jauh, sementara pemilik bayar service charge, jadi banyak yang menjual apartemen jadi,” kata Clement dilansir dari Profit CNBC Indonesia.
Minat masyarakat terhadap pembelian apartemen segmen atas juga tidak begitu besar. Jika membandingkan antara rumah tapak dan apartemen, maka masyarakat saat ini lebih condong memilih rumah tapak, itu pun pasar tidak besar karena banyak yang memilih menahan uang tunai.
“Masih diminati rumah tapak, karena salah satu alasannya untuk masa depan membeli buat anak-anak mereka, jadi banyak yang bisa diinvestasikan ke rumah tapak,” kata Clement.
Ketika lebih banyak calon investor yang memilih rumah tapak, maka nasib apartemen semakin memburuk. Apalagi, tambahan stok apartemen anyar diperkirakan masih bakal banyak beberapa waktu ke depan, terutama melihat masif pembangunan apartemen di kawasan transit oriented development (TOD).
“Yang pasti dengan pandemi, calon pembeli nggak banyak, sedangkan properti yang dijual banyak, lebih banyak dari demand. Antara supply and demand sangat beda jika dibandingkan tahun 2017-2018, peminat jauh lebih banyak dibanding 2020,” kata Clement.
Di wilayah Jakarta Barat, apartemen menjadi salah satu jenis hunian yang paling banyak dijual. Namun, tentu ada tantangan dalam menjualnya karena tipe hunian yang paling banyak dicari justru bukan apartemen.
“Tipe yang paling banyak diobral adalah apartemen dan kios, sementara yang paling banyak dicari adalah rumah Rp 2 milyar,” kata Ketua DPC Arebi Jakbar Tommy.