Pemerintah berencana meningkatkan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT). Melansir dari kontan.co.id (26/8/2021), dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2022, pemerintah mematok penerimaan cukai sebesar Rp 203,9 triliun. Angka ini naik 11,84 persen dari outlook penerimaan cukai APBN 2021 yang sebesar Rp 182,2 triliun.
Rencana pemerintah tersebut memunculkan rasa khawatir pada para pelaku industri rokok. Ketua Harian Forum Masyarakat Industri Rokok Seluruh Indonesia (Formasi), Heri Susianto, mengatakan bahwa kenaikan CHT pada 2022 akan berdampak buruk bagi Industri Hasil Tembakau (IHT). Sebab, industri ini melibatkan banyak Sumber Daya Manusia (SDM).
“Kalau dinaikkan, dampaknya jelek. Terutama (pada industri) sigaret kretek tangan yang ada banyak tenaga kerjanya,” kata dia, seperti dikutip dari bisnis.com (29/9/2021).
Menurut Formasi, kebijakan menaikkan tarif CHT belum tepat dilakukan pada masa pandemi Covid-19. Hal ini mengingat omzet pelaku usaha rokok yang telah mengalami penurunan hingga 50 persen selama pandemi. Dikhawatirkan, kebijakan baru ini semakin menurunkan penghasilan para pelaku industri rokok.
“Pabrik rokok itu 67 persen pendapatannya diambil negara, sisanya harus menanggung bahan baku, karyawan, dan lain-lain,” ujar Heri.
Ia berharap pemerintah memperhatikan aspirasi pelaku usaha dan industri dalam membuat rencana kenaikan tarif CHT. Heri memberi saran kepada pemerintah untuk mencari alternatif pemasukan dari sumber penerimaan baru dibandingkan dengan meningkatkan tarif CHT.
