‘Kiamat’ kini tengah melanda Inggris. Pasalnya, sebanyak 5,6 juta warga negaranya hidup melarat demi bisa memenuhi biaya hidup yang meroket. Menurut laporan Money Advice Trust , diperkirakan 10,9 juta orang di Inggris menunggak tagihan listrik.
Bahkan, banyak warga rela mengurangi jatah makan dalam tiga bulan terakhir akibat krisis. Hal ini termasuk melewatkan makan, makan sekali sehari, atau tidak makan sama sekali pada beberapa hari.
Beberapa kepala sekolah di Inggris juga melaporkan anak-anak memakan karet atau bersembunyi di taman bermain saat jam istirahat karena mereka tak mampu membeli makan siang. Hingga banyaknya perempuan Inggris yang beralih menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) demi bisa memenuhi biaya hidup mereka.
Tidak hanya itu, beberapa Warga Negara Indonesia (WNI) yang menetap di Inggris juga turut menceritakan mahalnya biaya hidup di sana pada saat ini. Contohnya, harga mentega yang menyentuh 3,18 pounds atau Rp 51.903 per kemasan dan tepung terigu sekitar 2,05 pounds atau sekitar Rp 33.460 per kilogram.
Fenomena ini terjadi akibat resesi yang terjadi di Inggris dan diikuti oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), gas, serta listrik. Ditambah dengan efek relaksasi ekonomi setelah penguncian (lockdown) Covid-19.
Sebagai informasi, inflasi di Inggris meningkat jadi 9,9 persen pada bulan Agustus. Harga poundsterling juga jadi semakin turun.
Source from GettyImages/AFP