Ngerasa gak sih, semakin hari internet menjadi semakin “mengganas”? Bukan hanya dari segi informasi melainkan karena adanya perdebatan yang nggak henti-henti. Soalnya, hampir sebagian hal selalu diperdebatkan setiap harinya.
Media sosial yang dulunya menjadi surga meme dan foto-foto lucu perlahan bertransformasi menjadi medan perang. Unggahan manis seperti anak yang berbuat baik sama orangtuanya saja bisa diperdebatkan karena dianggap nggak menjaga perasaan anak yang ‘broken home’, katanya.
Makanya, muncul sebuah istilah yaitu “chronically online” alias orang-orang yang pola pikirnya terdistorsi lantaran nggak pernah lepas dari layar ponsel. Nggak jarang pula mereka memulai debat ketika muncul postingan yang dianggap bermasalah. Padahal sebenarnya biasa-biasa saja.
Sebenarnya, istilah “chronically online” sudah ada sejak 2010-an. Namun, julukannya kala itu masih “extremely online”. Melansir dari The Daily Post, istilah ini diduga populer berkat sebuah cuitan random yang menggambarkan orang-orang yang tahu, atau bahkan terobsesi untuk mengetahui semua hal yang sedang ramai di internet.
Kemudian, di pertengahan 2010 istilah ini berkembang lagi menjadi “terminally online” lantaran perilaku netizen yang makin mengganas.
Fenomena ini tentunya juga berkaitan dengan sikap netizen Indonesia yang hobi banget julid dengan segala sesuatu di internet. Dari mulai kehidupan selebritas, curhatan random, atau konten-konten yang sifatnya informatif kayak rekomendasi kuliner serta life hack yang bikin hidup lebih simpel.
Banyaknya platform media sosial yang ada di Indonesia bikin netizen kita terus “terjun” di dunia maya sampai menghabiskan waktu seharian. Alhasil, banyak warganet yang ngerasa kalo kehidupan mereka terpaku dengan standar di media sosial. Mereka juga merasa kalau opini yang dikeluarkan di medsos bisa membantu sistem kehidupan yang lebih baik.
Padahal, opini yang disampaikan oleh netizen kita justru memicu perdebatan dan nggak penting-penting amat untuk dilakukan. Namun, kadang ada aja orang yang mungkin sedang haus perhatian dan butuh validasi lebih tapi nggak bisa mendapatkan hal itu di dunia nyata. Makanya, mereka hobi melemparkan opini yang sifatnya provokatif.
Memang sih, menyampaikan opini itu perlu. Namun, harus dibarengi dengan pemahaman dan literasi yang mendalam supaya nggak terjadi perdebatan gak jelas dan malah mengganggu kehidupan sehari-hari. Terlebih, nggak semua opini harus diselesaikan dengan berusaha galak dengan berdebat di media sosial.
Source Photo from myriammira